Komunikasi Lisan
dan Negosiasi
A. Komunikasi Lisan dalam Rapat
Di dalam
suatu pertemuan dan dalam suatu rapat setiap anggota atau peserta harus
menyadari posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta hendaknya:
– Mampu
berperan sebagai penyelaras yang sangat bijaksana dan adil namun tidak
kehilangan pendirian.
– Mampu
menjadi komunikator yang berpartisipasi aktif namun tidak memonopoli
pembicaraan.
– Mampu
berkomunikasi secara terbuka, jujur dan bertanggung jawab.
– Mampu
menjadi komunikan yang sangat responsive namun tidak emosional.
– Mampu
mengontrol diri, dan menghindarkan terjadinya debat serta tidak berbicara
bertele-tele.
B. Komunikasi Lisan dalam Wawancara
Misalkan
dalam suatu wawancara, kita melakukan komunikasi dengan seorang yang
diwawancara. Dalam wawancara tersebut, ada pihak yang lebih mencondong
memberikan pertanyaan. Wawancara biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data
yang ingin kita dapat. Ada juga etika dalam berwawancara, diantaranya adalah
memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian kita sampaikan maksud dari
wawancara yang kita lakukan. Kita juga harus respect kepada orang yang kita
tanya sehingga ia merasa nyaman. Berikut ini ialah hal yang perlu diperhatikan
ketika melakukan wawancara:
- Gunakan volume suara yang baik dan terdengar (berbicara tidak terlalu keras).
- Hindari bahasa menggurui responden.
- Hindari sikap rakus.
- Fokus pada lawan bicara.
- Fokus pada pembicaraan.
- Tidak boleh memotong pembicaraan.
- Lakukan verifikasi jika ada kekurangan.
- Hindari kata-kata kasar (kotor).
- Bersikap ramah.
- Jangan menyakiti hati responden.
- Hidari tatapan yang menyelidik/melotot/clingak-clinguk.
- Ucapkan terima kasih.
C. Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi
Sebagaimana
kita cukup sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan
upaya seseorang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain.
Sedangkan pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan
proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik
dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi
dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau
antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar
belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan
pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya
negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan
negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar
belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian
berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam
berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus
dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:
1.
Fact-finding, mengumpulkan fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan
kegiatan bisnis lawan sebelum melakukan negosiasi.
2.
Planning/rencana, sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar
pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak
dibicarakan rincilah hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan
Anda terhadap lawan tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima
pesan/lawan berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
3.
Penyampaian, lakukan negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima.
Usahakan gunakan istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita.
Pilihlah kata-kata yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari
timbulnya makna ganda terhadap kata yang disampaikan.
4. Umpan
balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik
reaksi lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu,
geleng–geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk
mengetahui samakah makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi
bisnis kita.
5. Evaluasi,
perlu untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai,
apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai
hasil yang lebih baik.
Meskipun
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang
diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering
terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara
pemberi dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang
memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan
memenangkan pendapatnya.
Kalau
terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan
untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan
dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi
menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita yang
dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang
sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.
Komunikasi Dalam Tulisan
A. Penulisan Kabar atau Berita
Rumus menulis berita standar ini
berdasarkan elemen atau unsur berita 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, How)
atau Siapa, Apa, Kapan, Di Mana, Kenapa, Bagaimana.
Berita adalah laporan peristiwa atau
catatan tentang sebuah kejadian. Sebuah peristiwa dipastikan mengandung keenam
unsur berita tersebut:
- WHO — SIAPA terlibat dalam peristiwa: pelaku, korban, pemeran utama, peran pengganti, figuran, orang, lembaga, organisasi, dsb.
- WHAT — APA yang terjadi, kejadian apa, peristiwa naon, acara apa?
- WHEN –KAPAN kejadiannya, iraha kajadianana, unsur waktu. Biasa ditulis, misalnya, Senin (22/4).
- WHERE — DI MANA kejadiannya, tempat acaranya di mana, unsur tempat. Biasa ditulis, misalnya, “di Depan Gedung Sate Jln Diponegoro Bandung” atau “di Kampus UIN Bandung”.
- WHY — KENAPA terjadi demikian, apa penyebabnya, apa latar belakangnya, apa tujuannya, mengapa itu dilakukan, dsb.
- HOW — BAGAIMANA proses kejadiannya, apa saja acaranya, siapa saja pembicaranya, ada polisi gak, rusuh gak, damai-damai saja, diguyur hujan, pemateri ngomong apa saja, dsb.
Cara Mudah Menulis Berita
Berdasarkan unsur 5W+1H itulah saya
membuat formula atau rumus mudah menulis berita sebagai berikut:
- WHO does WHAT, WHEN, WHERE, WHY, HOW
- (SIAPA melakukan APA, KAPAN, DI MANA, MENGAPA, BAGAIMANA)
B. Penulisan Pesan-Pesan Persuasif
Persuasi merupakan suatu usaha mengubah
sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai suatu tujuan. Secara
sederhana, persuasi yang efektif adalah kemampuan untuk menyampaiakan suatu
pesan di dalam suatu cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar) merasa
mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju.
Meskipun kebanyakan pesan-pesan bisnis
adalah rutin, namun dalam beberapa situasi tertentu diperlukan pesan yang
didesain untuk memotivasi atau memberi persuasi kepada orang lain. Penyampaian
pesan ini tidak hanya digunakan untuk kepentingan internal organisasi namun
dapat pula digunakan untuk kepentingan eksternal organisasi seperti permintaan
atau informasi yang bersifat menyenangkan, atau kegiatan untuk mendapatkan dana
dan kerjasama.
Pesan-pesan persuasif bertujuan untuk
mempengaruhi audiens yang cenderung mempertahankan ide atau gagasannya.
Pesan-pesan persuasif umumnya lebih lama, lebih rinci, dan tergantung pada
perencanaan strategis yang cukup ketat.
Adapun langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam menuliskan pesan-pesan persuasif antara lain :
1. Analisis Audiens
Penyampaian pesan-pesan persuasif yang
terbaik adalah dengan cara menhubungkan suatu pesan dengan minat dan hasrat
audiens. Untuk mengakomodasi perbedaan individual, maka perlu menganalisis
audiens dan kemudian menyusun suatu pesan yang dapat menjadi daya tarik bagi
kebutuhan mereka. Cara yang paling mudah dalam menilai kebutuhan audiens adalah
dengan berpedoman pada teori kebutuhan dari Maslow yang menyatakan bahwasanya
manusia memiliki lima kebutuhan yang sifatnya berjenjang. Dimana tiap-tiap
kebutuhan memiliki kualitas atau tingkat kepentingan yang berbeda-beda, mulai
dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling tinggi
tingkatannya.
2. Mempertimbangkan Perbedaan Budaya
Pemahaman terhadap perbedaan budaya yang
ada bukan saja akan membantu dalam memuaskan kebutuhan audiens, tetapi juga akan
membantu bagaimana mereka akan memberikan penghormatan. Memberikan persuasi
untuk budaya yang berbeda akan berbeda cara memberikan persuasinya.
3. Memilih Pendekatan Organisasional
Agar penyampaian pesan persuasif dapat
tempat sasaran dan sesuai dengan apa yang dikehendaki maka perlu diperhatikan
cara penyampaiannya kepada audiens, apakah menggunakan pendekatan langsung atau
tidak langsung.
Penggunaan pendekatan organisasional
baik langsung maupun tidak langsung dalam penyampaian pesan persuasif harus mampu
meyakinkan audiens bahwasannya pesan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan
memiliki alasan.
Persuasi yang efektif mencakup empat
komponen penting, yaitu :
1. Menetapkan kredibilitas
Bagi seorang komunikator tingkat
kredibilitas ditentukan oleh sejaumana tingkat kepercayaan dan reabilitas
dirinya. Kredibilitas adalah kapabilitas untuk dapat dipercaya oleh orang lain.
Cara yang digunakan untuk menumbuhkan kredibilitas seseorang adalah dengan
fakta, berupa dokumen, statistik, jaminan, dan hasil riset yang menjadi bukti
objektif yang mendukung kredibilitas seseorang.
Cara lain yang dapat dilakukan guna
menambah kredibilitas seseorang adalah menjadi seorang pakar atau ahli dalam
bidang tertentu, antusias terhadap materi yang disampaikan, objektif dalam penilaian
sesuatu, sikap hormat dapat membantu memfokuskan kebutuhan audiens, kejujuran
dapat menumbuhkan penghargaan audiens, intensitas yang baik akan membantu minat
audiens, dan pengalaman latar belakang baik sikap, kepercayaan sebelumnya dapat
membantu mengidentifikasi audiens.
2. Membuat kerangka argumentasi audiens
Kerangka argumentasi dapat dibuat
berdasarkan rencana organisasional AIDA (Attention, Interest, Desire dan
Action).
a. Attention (Perhatian), meyakinkan
audiens dibagian permulaan bahwa ada sesuatu yang akan disampaikan.
Memperkenalkan suatu masalah atau ide yang membuat audiens mau mendengar
pesan-pesan yang akan disampaikan.
b. Interest (Minat), menjelaskan
relavansi pesan-pesan yang disampaikan dengan audiens. Mengembangkan pernyataan
yang telah disampaikan pada fase pertama secara rinci. Menghubungkan
pesan-pesan yang akan disampaikan dengan manfaat secara spesifik yang dapat
dinikmati oleh audiens.
c. Desire (Hasrat), mengubah keinginan
audiens dengan menjelaskan bagaimana perubahan yang dilakukan dapat memberikan
manfaat yang lebih baik bagi audiens, dan berusaha untuk mengimplementasikan
ide atau gagasan.
d. Action (Tindakan), menyarankan
tindakan spesifik yang diinginkan terhadap audiens. Perlu juga dipikirkan
bagaimana audiens akan memperoleh manfaat dari tindakan yang dilakukan, serta
menemukan cara agar tindakan tersebut mudah untuk dilakukan.
3. Memilih Daya Pemikat
Umumnya pesanpesan persuasif menggunakan
daya pemikat dengan logika (logical appeals) dan daya pemikat emosional (emotional
appeals) untuk melakukan persuasi audiens.
Kedua pendekatan ini akan memiliki
keseimbangan apabila tergantung pada tindkan yang diharapkan, harapan para
audiens, tingkat resistensi yang diatasi, kemampuan menjual ide atau gagasan
tersebut.
a. Pemikat Emosional
Dalam melakukan persuasi audiens, dapat
memanfaatan emosi yang dilandasi dengan suatu argumentasi atau dalam bentuk
simpati kepada audiens sepanjang pemikat emosional bersifat kuat. Dapat
menggunakan kata-kata yang sangat berpengaruh pada emosi seseorang seperti
kebebasan, keberhasilan, nilai, penghargaan, kenyamanan, dan keamanan.
b. Pemikat Logika
Dalam berbagai hal, penggunaan
pendekatan ini dapat dilakukan seperti membuat aduan (claim) dan memberikan
dukungan atas aduan tersebut dengan memberikan alasan dan bukti-bukti yang ada.
Adapun penggunaan pendekatan ini didasari atas berbagai alasan diantaranya :
- Induksi, adlah memberikan berbagai alasan dari bukti-bukti spesifik menuju kesimpulan umum.
- Deduksi, Pemberian alasan dari yang bersifat umum untuk kesimpulan yang khusus.
c. Pertimbangan Etika
Persuasif dapat digunakan untuk
mempengaruhi audiens dengan memberikan informasi dan menambah pemahaman mereka
dalam berbagai hal. Hal yang paling penting dalam pendekatan ini adalah
menunjukkan perhatian yang jujur kepada audiens dengan memenuhi kebutuhan
mereka.
C. Korespondensi (Surat Menyurat)
Korespondensi adalah penyampaian
maksud melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain dapat atas nama jabatan
dalam suatu perusahaan/organisasi dan dapat atas nama perseorangan (individu).
Kegiatan saling berkirim surat oleh perseorangan atau oleh organisasi disebut
surat menyurat atau korespondensi. Pihak yang terlibat disebut koresponden.
Pengertian Surat
Surat adalah alat komunikasi tertulis
untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain, yang memiliki persyaratan khusus
yaitu penggunaan kode 2 notasi (lampiran dan perihal), penggunaan kertas,
penggunaan model dan bentuk, pemakaian bahasa yang khas serta pencantuman tanda
tangan.
Fungsi Surat:
- Surat sebagai penyampai pesan
- Surat sebagai wakil.
- Surat sebagai bukti tertulis.
- Surat sebagai pedoman/dasar bertindak.
- Alat untuk mengingat.
- Dokumen historis dari suatu kegiatan.
- Keterangan keamanan.
Ciri-ciri Surat:
- Surat adalah pesan tertulis.
- Isi pesan dalam surat merupakan informasi/persuasi.
- Surat memiliki bagian-bagian yang standar.
- Surat memiliki bentuk yang standar.
- Surat memiliki satu pesan inti.
- Gaya bahasa surat bisa formal ataupun informal.
Pembagian
Surat:
- Penggolongan surat menurut
isinya
a. Surat dinas pemerintahan
Surat yang dibuat oleh badan pemerintah yang isinya berkaitan dengan pesan kedinasan. Contohnya Surat Keputusan, nota dinas, surat perintah dll. - Surat
bisnis
Surat yang dibuat oleh organisasi yang mencari keuntungan dengan kegiatan transaksi bisnis. Contoh surat pesanan, surat tagihan, surat lamaran kerja, surat gugatan, dsb. - Surat
sosial
Surat sosial adalah surat yang lahir dalam aktivitas bisnis maupun kedinasan yang isinya TIDAK BERKAITAN LANGSUNG dengan urusan bisnis. Surat sosial berfungsi membangun citra nama baik antar sesama partner. Contohnya Surat ucapan terima kasih, surat ucapan duka cita, surat undangan, surat dsb. - Surat
legal
Surat legal adalah surat-surat yang memiliki kekuatan hukum. Surat ini bisa berkaitan dengan kegiatan bisnis, dinas, maupun pribadi. Contohnya s. perjanjian, s. kuasa, s. wasiat, s. tugas, dan berita acara. - Surat
pribadi
Surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh seseorang kepada orang lain yang isinya berupa pesan pribadi dan bukan untuk kepentingan organisasi atau urusan resmi
- Penggolongan surat menurut
tujuan
secara garis besar surat dibagi menjadi 2 jenis tujuan yaitu s. informatif dan s. persuasif.
- Penggolongan surat menurut
wujudnya
Dalam wujudnya kita mengenal s. bersampul, kartu pos, warkat, telegram, e-mail, dsb.
- Penggolongan surat menurut
besarnya audien (orang yang dituju)
a. Satu orang
Contohnya S. Panggilan Kerja, S. Tagihan, S. Peringatan
b. Sekelompok orang
Contohnya S. Edaran, memo
c. Banyak orang
Contohnya S. Pengumuman, S. Semberitahuan,
- Penggolongan surat menurut
urgensi penyelesaian
Menurut urgensinya, surat bisa dibagi menjadi
a. Sangat penting (harus segera ditindaklanjuti)
b. Penting (perlu ditindaklanjuti)
c. Biasa
- Penggolongan surat menurut kerahasiannya
a. sangat rahasia (hanya orang yang dituju yang boleh mengetahui adanya surat)
b. Rahasia (hanya orang yang dituju yang boleh mengetahui isi surat.
c. Konfidensial (hanya kalangan tertentu yang boleh melihat isi surat.
d. Surat biasa
Studi kasus
yang penulis ambil ini berdasarkan sebuah film pendek mengenai komunikasi
organisasi yang berkembang dari era industrialisasi yang sangat pesat
pertumbuhannya pada tahun 1900-an dan mengambil kisah seorang tokoh manajemen
yang ingin mengembangkan ilmu komunikasi yang akan digunakan pada organisasinya
agar lebih efektif dan manusiawi.
Film ini
diawali dengan pengenalan tokoh manajemen dan komunikasi, yaitu Frederick
Winslow Taylor asal Amerika Serikat yang menemukan masalah di organisasinya
untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas organisasi tersebut. Salah
satu masalah yang berkembang adalah masalah komunikasi organisasi.
Dia akhirnya
memutar otaknya dan melakukan berbagai percobaan hingga akhirnya Frederick
mendapatkan ide emas. Dia akhirnya menciptakan sebuah kerja yang lebih
terorganisasi dan meningkatkan keuntungan dengan cara menemukan metode terbaik
dan melakukan tes mengulangnya lagi dan lagi sehingga organisasi lainnya
memberikan apresiasi yang tinggi padanya sampai semuanya menerapkan gagasan
Frederick.
Max Weber
dari Jerman dan Henry Fayol dari Perancis yang menjadi sahabat Frederick juga
mengembangkan gagasannya. Max Weber dengan teori birokrasinya dan Henry dengan
teori fungsi manajemennya. Namun hal tersebut adalah sebuah kegagalan. Karena
mereka berdua menganggap manusia atau karyawan seperti mesin bukan manusia.
Maka timbullah masalah baru dimana para karyawan menuntut hak-hak mereka,
mereka bukanlah mesin dan mereka meminta perhatian untuk mendapatkan kepuasan
dalam bekerja.
Setelah
semua masalah tersebut muncul maka para ahli mulai meminta pendapat pada
seluruh karyawan untuk memberikan gagasan, ide dan mendengarkan lebih banyak
apa yang dibutuhkan dan lebih memuaskan karyawan. Maka dengan komunikasi hal
tersebut dapat dilakukan. Orang-orang di dalam organisasi mulai sadar betapa
pentingnya organisasi untuk mendapatkan ide-ide baru, memecahkan masalah,
mencapai integrasi yang baik dan mencapai tujuan dengan lebih efektif.
Permasalahan tidak sampai di sini, masalah kembali muncul dengan banyaknya
komunikasi yang tidak efektif yang berada di dalam organisasi besar seperti international
corporate. Banyak orang yang berteriak mereka harus selalu bekerja tanpa
jalan keluar untuk terus bekerja. Mereka selalu merasa tertekan berada di
organisasi dengan hierarki, budaya dan tingkat pekerjaan yang tinggi tanpa
adanya kesenangan. Masalah-masalah inilah yang terus timbul dalam organisasi
saat ini.
Berdasarkan
kasus tersebut, penulis melihat berbagai fungsi komunikasi yang dapat
diterapkan menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi organisasi sesuai
dengan masalah yang ada di dalam organisasi tersebut. Mulai dari masalah
kesulitan karyawan menyatakan pendapat maka dapat diterapkan fungsi informatif
dari komunikasi dimana setiap karyawan dapat dengan mudah mengakses informasi
di organisasi yang masih dalam wilayahnya sehingga mereka juga dapat memberikan
feedback berupa pendapat mereka untuk kebaikan organisasi. Selain itu,
fungsi ini juga bisa memberikan ketenangan karyawan dalam hal gaji, jaminan
kesehatan dan jaminan hari tua sehingga karyawan dapat lebih produktif. Fungsi regulatif komunikasi dapat diterapkan dalam hal perlu tidaknya
seorang karyawan melakukan suatu pekerjaan atau tidak, contohnya pemberian job
description yang jelas, pemberitahuan jam kerja efektif dan waktu cuti.
Fungsi persuasif ini juga dapat dikembangkan dalam organisasi karena pasalnya
masalah seperti karyawan yang merasa dirinya dianggap mesin, tidak dihargai dan
hanya dipaksa bekerja tersebut dapat dihilangkand engan mengajaknya berdiskusi
atau memberikan kata-kata motivasi yang menumbuhkan rasa kepedulian terhadap
atasan dan organisasi dari pada hanya memaksa mereka memenuhi seluruh keinginan
atasan.
Terakhir, fungsi integratif komunikasi ini yang sangat penting karena
organisasi dapat lebih kuat jika semua karyawan peduli pula terhadap
kelangsungan komunikasi. Penyediaan saluran-saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik perlu untuk diadakan
sehingga tidak ada lagi karyawan yang mengeluhkan adanya missed comunication,
ketidaksatuan visi, dan masalah antar unit atau bidang di
organisasi.
Setelah fungsi komunikasi telah dipaparkan di atas maka
pendekatan-pendekatan yang menurut penulis dapat diterapkan berdasarkan
masalah-masalah di atas ialah pendekatan sistem dan budaya serta pendekatan human
relations. Mengapa ketiga pendekatan komunikasi organisasi ini begitu
vital? Karena menurut penulis permasalahan organisasi yang memiliki masalah
ketidaknyamanan karyawan yang tidak dapat menyatakan pendapat dan tidak
mendapatkan informasi dengan penuh dapat terselesaikan dengan pendekatan sistem
dimana nantinya dalam organisasi tersebut dibuatkan sistem khusus yang dapat
menampung seluruh aspirasi karyawan, memberikan informasi pada mereka serta
mengatur arus komunikasi mereka secara efektif. Sistem komputer dan chatting
baik secara online maupun offline menjadi salah satu sistem yang
sering digunakan.
Pendekatan budaya dapat diterapkan pada permasalahan organisasi yang
memiliki berbagai macam karyawan dari multiras atau negara. Permasalahan ini
dapat diselesaikan dengan memberikan suatu dorongan yang membuat batas-batas
budaya tersebut menjadi pudar dan semua mau saling mendukung mencapai tujuan
individu melalui tujuan organisasi. Cara seperti membuat moto organisasi
berdasarkan budaya komunikasi organisasi tersebut juga menjadi salah satu cara
yang efektif.
Pendekatan human relations sangat erat dengan interpersonal
employees relation karena dengan pendekatan inilah para karyawan dapat memperoleh
haknya menjadi seorang manusia seutuhnya di dalam sebuah organisasi.
Karyawan akan merasa dihargai dan diberikan perhatian dengan adanya
pendekatan ini. Mereka tidak akan mengeluh mengenai gaji, waktu kerja dan
kondisi kantor organisasi tersebut. Namun pendekatan ini yang cukup menyita
biaya juga karena harus melakukan berbagai kajian dan penelitian tentang
bagaimana kondisi organisasi yang ideal untuk para karyawan.
Sumber:
- Nawangsari, Sri. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma
- Purwanto, Djoko. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga
- Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
- Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis (4th ed.). Jakarta: Erlangga.
- https://anchanchan.wordpress.com/2016/05/27/komunikasi-lisan-dan-negosiasi/