Sabtu, 13 Januari 2018

Komunikasi Lisan dan Komunikasi Tulisan



Komunikasi Lisan dan Negosiasi

A. Komunikasi Lisan dalam Rapat

          Di dalam suatu pertemuan dan dalam suatu rapat setiap anggota atau peserta harus menyadari posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta hendaknya:
– Mampu berperan sebagai penyelaras yang sangat bijaksana dan adil namun tidak kehilangan pendirian.
– Mampu menjadi komunikator yang berpartisipasi aktif namun tidak memonopoli pembicaraan.
– Mampu berkomunikasi secara terbuka, jujur dan bertanggung jawab.
– Mampu menjadi komunikan yang sangat responsive namun tidak emosional.
– Mampu mengontrol diri, dan menghindarkan terjadinya debat serta tidak berbicara bertele-tele.

B. Komunikasi Lisan dalam Wawancara

          Misalkan dalam suatu wawancara, kita melakukan komunikasi dengan seorang yang diwawancara. Dalam wawancara tersebut, ada pihak yang lebih mencondong memberikan pertanyaan. Wawancara biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data yang ingin kita dapat. Ada juga etika dalam berwawancara, diantaranya adalah memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian kita sampaikan maksud dari wawancara yang kita lakukan. Kita juga harus respect kepada orang yang kita tanya sehingga ia merasa nyaman. Berikut ini ialah hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan wawancara:
  1. Gunakan volume suara yang baik dan terdengar (berbicara tidak terlalu keras).
  2. Hindari bahasa menggurui responden.
  3. Hindari sikap rakus.
  4. Fokus pada lawan bicara.
  5. Fokus pada pembicaraan.
  6. Tidak boleh memotong pembicaraan.
  7. Lakukan verifikasi jika ada kekurangan.
  8. Hindari kata-kata kasar (kotor).
  9. Bersikap ramah.
  10. Jangan menyakiti hati responden.
  11. Hidari tatapan yang menyelidik/melotot/clingak-clinguk.
  12. Ucapkan terima kasih.
C. Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi

          Sebagaimana kita cukup sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya seseorang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian berusaha untuk saling menyesuaikan diri.


          Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:

1. Fact-finding, mengumpulkan fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan   sebelum melakukan negosiasi.
2. Planning/rencana, sebelum bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
3. Penyampaian, lakukan negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda terhadap kata yang disampaikan.
4. Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5. Evaluasi, perlu untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang lebih baik.

          Meskipun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenangkan pendapatnya.

          Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.

 

 

Komunikasi Dalam Tulisan

A. Penulisan Kabar atau Berita

          Rumus menulis berita standar ini berdasarkan elemen atau unsur berita 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, How) atau Siapa, Apa, Kapan, Di Mana, Kenapa, Bagaimana.
Berita adalah laporan peristiwa atau catatan tentang sebuah kejadian. Sebuah peristiwa dipastikan mengandung keenam unsur berita tersebut:
  1. WHO — SIAPA terlibat dalam peristiwa: pelaku, korban, pemeran utama, peran pengganti, figuran, orang, lembaga, organisasi, dsb.
  2. WHAT — APA yang terjadi, kejadian apa, peristiwa naon, acara apa?
  3. WHEN –KAPAN kejadiannya, iraha kajadianana, unsur waktu. Biasa ditulis, misalnya, Senin (22/4).
  4. WHERE — DI MANA kejadiannya, tempat acaranya di mana, unsur tempat. Biasa ditulis, misalnya, “di Depan Gedung Sate Jln Diponegoro Bandung” atau “di Kampus UIN Bandung”.
  5. WHY — KENAPA terjadi demikian, apa penyebabnya, apa latar belakangnya, apa tujuannya, mengapa itu dilakukan, dsb.
  6. HOW — BAGAIMANA proses kejadiannya, apa saja acaranya, siapa saja pembicaranya, ada polisi gak, rusuh gak, damai-damai saja, diguyur hujan, pemateri ngomong apa saja, dsb.

Cara Mudah Menulis Berita

          Berdasarkan unsur 5W+1H itulah saya membuat formula atau rumus mudah menulis berita sebagai berikut:
  • WHO does WHAT, WHEN, WHERE, WHY, HOW
  • (SIAPA melakukan APA, KAPAN, DI MANA, MENGAPA, BAGAIMANA)

B. Penulisan Pesan-Pesan Persuasif

          Persuasi merupakan suatu usaha mengubah sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, persuasi yang efektif adalah kemampuan untuk menyampaiakan suatu pesan di dalam suatu cara yang membuat audiens (pembaca atau pendengar) merasa mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju.

          Meskipun kebanyakan pesan-pesan bisnis adalah rutin, namun dalam beberapa situasi tertentu diperlukan pesan yang didesain untuk memotivasi atau memberi persuasi kepada orang lain. Penyampaian pesan ini tidak hanya digunakan untuk kepentingan internal organisasi namun dapat pula digunakan untuk kepentingan eksternal organisasi seperti permintaan atau informasi yang bersifat menyenangkan, atau kegiatan untuk mendapatkan dana dan kerjasama.

          Pesan-pesan persuasif bertujuan untuk mempengaruhi audiens yang cenderung mempertahankan ide atau gagasannya. Pesan-pesan persuasif umumnya lebih lama, lebih rinci, dan tergantung pada perencanaan strategis yang cukup ketat.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menuliskan pesan-pesan persuasif antara lain :

1. Analisis Audiens

     Penyampaian pesan-pesan persuasif yang terbaik adalah dengan cara menhubungkan suatu pesan dengan minat dan hasrat audiens. Untuk mengakomodasi perbedaan individual, maka perlu menganalisis audiens dan kemudian menyusun suatu pesan yang dapat menjadi daya tarik bagi kebutuhan mereka. Cara yang paling mudah dalam menilai kebutuhan audiens adalah dengan berpedoman pada teori kebutuhan dari Maslow yang menyatakan bahwasanya manusia memiliki lima kebutuhan yang sifatnya berjenjang. Dimana tiap-tiap kebutuhan memiliki kualitas atau tingkat kepentingan yang berbeda-beda, mulai dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang paling tinggi tingkatannya.

2. Mempertimbangkan Perbedaan Budaya

     Pemahaman terhadap perbedaan budaya yang ada bukan saja akan membantu dalam memuaskan kebutuhan audiens, tetapi juga akan membantu bagaimana mereka akan memberikan penghormatan. Memberikan persuasi untuk budaya yang berbeda akan berbeda cara memberikan persuasinya.

3. Memilih Pendekatan Organisasional

     Agar penyampaian pesan persuasif dapat tempat sasaran dan sesuai dengan apa yang dikehendaki maka perlu diperhatikan cara penyampaiannya kepada audiens, apakah menggunakan pendekatan langsung atau tidak langsung.

          Penggunaan pendekatan organisasional baik langsung maupun tidak langsung dalam penyampaian pesan persuasif harus mampu meyakinkan audiens bahwasannya pesan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki alasan.

Persuasi yang efektif mencakup empat komponen penting, yaitu :

1. Menetapkan kredibilitas

     Bagi seorang komunikator tingkat kredibilitas ditentukan oleh sejaumana tingkat kepercayaan dan reabilitas dirinya. Kredibilitas adalah kapabilitas untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Cara yang digunakan untuk menumbuhkan kredibilitas seseorang adalah dengan fakta, berupa dokumen, statistik, jaminan, dan hasil riset yang menjadi bukti objektif yang mendukung kredibilitas seseorang.

     Cara lain yang dapat dilakukan guna menambah kredibilitas seseorang adalah menjadi seorang pakar atau ahli dalam bidang tertentu, antusias terhadap materi yang disampaikan, objektif dalam penilaian sesuatu, sikap hormat dapat membantu memfokuskan kebutuhan audiens, kejujuran dapat menumbuhkan penghargaan audiens, intensitas yang baik akan membantu minat audiens, dan pengalaman latar belakang baik sikap, kepercayaan sebelumnya dapat membantu mengidentifikasi audiens.

2. Membuat kerangka argumentasi audiens

     Kerangka argumentasi dapat dibuat berdasarkan rencana organisasional AIDA (Attention, Interest, Desire dan Action).

a. Attention (Perhatian), meyakinkan audiens dibagian permulaan bahwa ada sesuatu yang akan disampaikan. Memperkenalkan suatu masalah atau ide yang membuat audiens mau mendengar pesan-pesan yang akan disampaikan.

b. Interest (Minat), menjelaskan relavansi pesan-pesan yang disampaikan dengan audiens. Mengembangkan pernyataan yang telah disampaikan pada fase pertama secara rinci. Menghubungkan pesan-pesan yang akan disampaikan dengan manfaat secara spesifik yang dapat dinikmati oleh audiens.

c. Desire (Hasrat), mengubah keinginan audiens dengan menjelaskan bagaimana perubahan yang dilakukan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi audiens, dan berusaha untuk mengimplementasikan ide atau gagasan.

d. Action (Tindakan), menyarankan tindakan spesifik yang diinginkan terhadap audiens. Perlu juga dipikirkan bagaimana audiens akan memperoleh manfaat dari tindakan yang dilakukan, serta menemukan cara agar tindakan tersebut mudah untuk dilakukan.

3. Memilih Daya Pemikat

     Umumnya pesanpesan persuasif menggunakan daya pemikat dengan logika (logical appeals) dan daya pemikat emosional (emotional appeals) untuk melakukan persuasi audiens.
Kedua pendekatan ini akan memiliki keseimbangan apabila tergantung pada tindkan yang diharapkan, harapan para audiens, tingkat resistensi yang diatasi, kemampuan menjual ide atau gagasan tersebut.

a. Pemikat Emosional

     Dalam melakukan persuasi audiens, dapat memanfaatan emosi yang dilandasi dengan suatu argumentasi atau dalam bentuk simpati kepada audiens sepanjang pemikat emosional bersifat kuat. Dapat menggunakan kata-kata yang sangat berpengaruh pada emosi seseorang seperti kebebasan, keberhasilan, nilai, penghargaan, kenyamanan, dan keamanan.

b. Pemikat Logika

     Dalam berbagai hal, penggunaan pendekatan ini dapat dilakukan seperti membuat aduan (claim) dan memberikan dukungan atas aduan tersebut dengan memberikan alasan dan bukti-bukti yang ada. Adapun penggunaan pendekatan ini didasari atas berbagai alasan diantaranya :
  • Induksi, adlah memberikan berbagai alasan dari bukti-bukti spesifik menuju kesimpulan umum. 
  • Deduksi, Pemberian alasan dari yang bersifat umum untuk kesimpulan yang khusus.
c. Pertimbangan Etika

     Persuasif dapat digunakan untuk mempengaruhi audiens dengan memberikan informasi dan menambah pemahaman mereka dalam berbagai hal. Hal yang paling penting dalam pendekatan ini adalah menunjukkan perhatian yang jujur kepada audiens dengan memenuhi kebutuhan mereka.


C. Korespondensi (Surat Menyurat)

          Korespondensi adalah penyampaian maksud melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain dapat atas nama jabatan dalam suatu perusahaan/organisasi dan dapat atas nama perseorangan (individu). Kegiatan saling berkirim surat oleh perseorangan atau oleh organisasi disebut surat menyurat atau korespondensi. Pihak yang terlibat disebut koresponden.

Pengertian Surat

          Surat adalah alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain, yang memiliki persyaratan khusus yaitu penggunaan kode 2 notasi (lampiran dan perihal), penggunaan kertas, penggunaan model dan bentuk, pemakaian bahasa yang khas serta pencantuman tanda tangan.

Fungsi Surat:
  • Surat sebagai penyampai pesan 
  • Surat sebagai wakil.
  • Surat sebagai bukti tertulis. 
  • Surat sebagai pedoman/dasar bertindak. 
  • Alat untuk mengingat. 
  • Dokumen historis dari suatu kegiatan. 
  • Keterangan keamanan.
Ciri-ciri Surat:
  • Surat adalah pesan tertulis.
  • Isi pesan dalam surat merupakan informasi/persuasi.
  • Surat memiliki bagian-bagian yang standar.
  • Surat memiliki bentuk yang standar.
  • Surat memiliki satu pesan inti.
  • Gaya bahasa surat bisa formal ataupun informal.
Pembagian Surat:
  • Penggolongan surat menurut isinya
    a. Surat dinas pemerintahan
    Surat yang dibuat oleh badan pemerintah yang isinya berkaitan dengan pesan kedinasan. Contohnya Surat Keputusan, nota dinas, surat perintah dll.
  • Surat bisnis
    Surat yang dibuat oleh organisasi yang mencari keuntungan dengan kegiatan transaksi bisnis. Contoh surat pesanan, surat tagihan, surat lamaran kerja, surat gugatan, dsb.
  • Surat sosial
    Surat sosial adalah surat yang lahir dalam aktivitas bisnis maupun kedinasan yang isinya TIDAK BERKAITAN LANGSUNG dengan urusan bisnis. Surat sosial berfungsi membangun citra nama baik antar sesama partner. Contohnya Surat ucapan terima kasih, surat ucapan duka cita, surat undangan, surat dsb.
  • Surat legal
    Surat legal adalah surat-surat yang memiliki kekuatan hukum. Surat ini bisa berkaitan dengan kegiatan bisnis, dinas, maupun pribadi. Contohnya s. perjanjian, s. kuasa, s. wasiat, s. tugas, dan berita acara.
  • Surat pribadi
    Surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh seseorang kepada orang lain yang isinya berupa pesan pribadi dan bukan untuk kepentingan organisasi atau urusan resmi
  • Penggolongan surat menurut tujuan
    secara garis besar surat dibagi menjadi 2 jenis tujuan yaitu s. informatif dan s. persuasif.
  • Penggolongan surat menurut wujudnya
    Dalam wujudnya kita mengenal s. bersampul, kartu pos, warkat, telegram, e-mail, dsb.
  • Penggolongan surat menurut besarnya audien (orang yang dituju)
    a. Satu orang
    Contohnya S. Panggilan Kerja, S. Tagihan, S. Peringatan

    b. Sekelompok orang
    Contohnya S. Edaran, memo
    c. Banyak orang
    Contohnya S. Pengumuman, S. Semberitahuan,
  • Penggolongan surat menurut urgensi penyelesaian
    Menurut urgensinya, surat bisa dibagi menjadi
    a. Sangat penting (harus segera ditindaklanjuti)
    b. Penting (perlu ditindaklanjuti)
    c. Biasa
  • Penggolongan surat menurut kerahasiannya 
          Menurut kerahasiannya, surat bisa digolongkan menjadi
    a. sangat rahasia (hanya orang yang dituju yang boleh mengetahui adanya surat)
    b. Rahasia (hanya orang yang dituju yang boleh mengetahui isi surat.
    c. Konfidensial (hanya kalangan tertentu yang boleh melihat isi surat. 
    d. Surat biasa

          Studi kasus yang penulis ambil ini berdasarkan sebuah film pendek mengenai komunikasi organisasi yang berkembang dari era industrialisasi yang sangat pesat pertumbuhannya pada tahun 1900-an dan mengambil kisah seorang tokoh manajemen yang ingin mengembangkan ilmu komunikasi yang akan digunakan pada organisasinya agar lebih efektif dan manusiawi.

          Film ini diawali dengan pengenalan tokoh manajemen dan komunikasi, yaitu Frederick Winslow Taylor asal Amerika Serikat yang menemukan masalah di organisasinya untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas organisasi tersebut. Salah satu masalah yang berkembang adalah masalah komunikasi organisasi.
Dia akhirnya memutar otaknya dan melakukan berbagai percobaan hingga akhirnya Frederick mendapatkan ide emas. Dia akhirnya menciptakan sebuah kerja yang lebih terorganisasi dan meningkatkan keuntungan dengan cara menemukan metode terbaik dan melakukan tes mengulangnya lagi dan lagi sehingga organisasi lainnya memberikan apresiasi yang tinggi padanya sampai semuanya menerapkan gagasan Frederick.
Max Weber dari Jerman dan Henry Fayol dari Perancis yang menjadi sahabat Frederick juga mengembangkan gagasannya. Max Weber dengan teori birokrasinya dan Henry dengan teori fungsi manajemennya. Namun hal tersebut adalah sebuah kegagalan. Karena mereka berdua menganggap manusia atau karyawan seperti mesin bukan manusia. Maka timbullah masalah baru dimana para karyawan menuntut hak-hak mereka, mereka bukanlah mesin dan mereka meminta perhatian untuk mendapatkan kepuasan dalam bekerja.

          Setelah semua masalah tersebut muncul maka para ahli mulai meminta pendapat pada seluruh karyawan untuk memberikan gagasan, ide dan mendengarkan lebih banyak apa yang dibutuhkan dan lebih memuaskan karyawan. Maka dengan komunikasi hal tersebut dapat dilakukan. Orang-orang di dalam organisasi mulai sadar betapa pentingnya organisasi untuk mendapatkan ide-ide baru, memecahkan masalah, mencapai integrasi yang baik dan mencapai tujuan dengan lebih efektif. Permasalahan tidak sampai di sini, masalah kembali muncul dengan banyaknya komunikasi yang tidak efektif yang berada di dalam organisasi besar seperti international corporate. Banyak orang yang berteriak mereka harus selalu bekerja tanpa jalan keluar untuk terus bekerja. Mereka selalu merasa tertekan berada di organisasi dengan hierarki, budaya dan tingkat pekerjaan yang tinggi tanpa adanya kesenangan. Masalah-masalah inilah yang terus timbul dalam organisasi saat ini.

          Berdasarkan kasus tersebut, penulis melihat berbagai fungsi komunikasi yang dapat diterapkan menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi organisasi sesuai dengan masalah yang ada di dalam organisasi tersebut. Mulai dari masalah kesulitan karyawan menyatakan pendapat maka dapat diterapkan fungsi informatif dari komunikasi dimana setiap karyawan dapat dengan mudah mengakses informasi di organisasi yang masih dalam wilayahnya sehingga mereka juga dapat memberikan feedback berupa pendapat mereka untuk kebaikan organisasi. Selain itu, fungsi ini juga bisa memberikan ketenangan karyawan dalam hal gaji, jaminan kesehatan dan jaminan hari tua sehingga karyawan dapat lebih produktif. Fungsi regulatif komunikasi dapat diterapkan dalam hal perlu tidaknya seorang karyawan melakukan suatu pekerjaan atau tidak, contohnya pemberian job description yang jelas, pemberitahuan jam kerja efektif dan waktu cuti. Fungsi persuasif ini juga dapat dikembangkan dalam organisasi karena pasalnya masalah seperti karyawan yang merasa dirinya dianggap mesin, tidak dihargai dan hanya dipaksa bekerja tersebut dapat dihilangkand engan mengajaknya berdiskusi atau memberikan kata-kata motivasi yang menumbuhkan rasa kepedulian terhadap atasan dan organisasi dari pada hanya memaksa mereka memenuhi seluruh keinginan atasan.

          Terakhir, fungsi integratif komunikasi ini yang sangat penting karena organisasi dapat lebih kuat jika semua karyawan peduli pula terhadap kelangsungan komunikasi. Penyediaan saluran-saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik perlu untuk diadakan sehingga tidak ada lagi karyawan yang mengeluhkan adanya missed comunication, ketidaksatuan visi, dan masalah  antar unit atau bidang di organisasi.

          Setelah fungsi komunikasi telah dipaparkan di atas maka pendekatan-pendekatan yang menurut penulis dapat diterapkan berdasarkan masalah-masalah di atas ialah pendekatan sistem dan budaya serta pendekatan human relations. Mengapa ketiga pendekatan komunikasi organisasi ini begitu vital? Karena menurut penulis permasalahan organisasi yang memiliki masalah ketidaknyamanan karyawan yang tidak dapat menyatakan pendapat dan tidak mendapatkan informasi dengan penuh dapat terselesaikan dengan pendekatan sistem dimana nantinya dalam organisasi tersebut dibuatkan sistem khusus yang dapat menampung seluruh aspirasi karyawan, memberikan informasi pada mereka serta mengatur arus komunikasi mereka secara efektif. Sistem komputer dan chatting baik secara online maupun offline menjadi salah satu sistem yang sering digunakan.

          Pendekatan budaya dapat diterapkan pada permasalahan organisasi yang memiliki berbagai macam karyawan dari multiras atau negara. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memberikan suatu dorongan yang membuat batas-batas budaya tersebut menjadi pudar dan semua mau saling mendukung mencapai tujuan individu melalui tujuan organisasi. Cara seperti membuat moto organisasi berdasarkan budaya komunikasi organisasi tersebut juga menjadi salah satu cara yang efektif.

          Pendekatan human relations sangat erat dengan interpersonal employees relation karena dengan pendekatan inilah para karyawan dapat memperoleh haknya menjadi seorang manusia seutuhnya di dalam sebuah organisasi. Karyawan  akan merasa dihargai dan diberikan perhatian dengan adanya pendekatan ini. Mereka tidak akan mengeluh mengenai gaji, waktu kerja dan kondisi kantor organisasi tersebut. Namun pendekatan ini yang cukup menyita biaya juga karena harus melakukan berbagai kajian dan penelitian tentang bagaimana kondisi organisasi yang ideal untuk para karyawan.




Sumber:
  1. Nawangsari, Sri. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma
  2. Purwanto, Djoko. 1997. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga
  3. Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
  4. Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis (4th ed.). Jakarta: Erlangga.
  5. https://anchanchan.wordpress.com/2016/05/27/komunikasi-lisan-dan-negosiasi/